Surat Terbuka untuk Pemerintah dari Mahasiswa FK UNTAD

Surat Terbuka untuk Pemerintah (Presiden, DIKTI dan Pemerintah daerah) dan Rektor


 
Palu, Juli 2014
Kepada YTH
Pemerintah (Presiden, DIKTI dan Pemerintah daerah) dan Rektor
           di-Tempat
 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
 
Dengan hormat,
Menanggapi pembiayaan per semester untuk mahasiswa klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako, dimana terjadi perubahan yang tampak cukup signifikan dari sejumlah Rp 2.750.000,- menjadi Rp 9.160.000,- terhitung sejak bulan Juli 2014.


Saat ini sudah memasuki masa akhir pembayaran biaya semester atau SPP bagi mahasiswa Universitas Tadulako untuk periode 2014/2015 bulan Juli-Januari. Kami selaku mahasiswa klinik mahasiswa kedokteran Universitas Tadulako menyatakan bahwa beban biaya yang harus kami tanggung dengan jumlah sebagaimana tertera di atas cukup terasa memberatkan bagi sebagian besar di antara kami.

Sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 pada paragraf 4 :
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,...”, maka sudah  selayaknya pendidikan akan menjadi prioritas pemerintah.

Fakultas Kedokteran saat ini telah berkembang menjadi sebuah fakultas dengan daya nilai jual yang tinggi dan seiring berkembangnya hal itu maka stigma masyarakat tentang mahasiswa kedokteran juga berkembang. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, Fakultas Kedokteran, dimanapun universitasnya merupakan fakultas dengan sekumpulan mahasiswa yang “berduit” yang dikenal dengan istilah kaum borjuis. Yah, tidak ada yang salah dengan istilah itu karena kitalah yang membentuk stigma itu. Namun apakah pendidikan kedokteran hanya menjadi milik “kaum borjuis” itu? Dalam sila kelima pada Pancasila “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, menyatakan secara tegas bahwa rakyat Indonesia berhak mendapatkan keadilan salah satunya dalam bidang pendidikan. 

Kami sadar bahwa proses pendidikan juga membutuhkan biaya. Biaya untuk fasilitas, biaya tenaga pengajar, dan biaya lainnya yang dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan semuanya diperlukan, tetapi kami juga paham bahwa pemerintah tidak akan pernah tutup mata dengan kondisi ini. Pemerintah pasti selalu memikirkan segala yang terbaik agar rakyat Indonesia bisa menikmati pendidikan itu.

Kami teringat akan seorang anak tukang becak yang memperoleh gelar dokter di Universitas Gadjah Mada. Seorang anak dengan penghasilan orang tua sebesar 20-30 ribu perhari ini mampu mewujudkan mimpinya bahwa suatu saat dia bisa membantu orang lain tanpa pamrih, sebab ia pun pernah merasakan menjadi orang tidak mampu.

Berbagai hal telah diajarkan kami selama kami mengenyam pendidikan kedokteran ini. Nilai-nilai humanistik selalu dijejalkan dalam otak dan terutama dalam hati kami, agar kami senantiasa mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan kami. Keikhlasan adalah kata yang mutlak harus ada dalam hati kami. Nilai-nilai individualistik dan egoisme kami harus dikesampingkan karena bagi kami orang lain yang membutuhkan bantuan kami adalah prioritas bagi hidup kami, namun apakah beban biaya yang harus kami tanggung selama proses pendidikan ini akan mendidik kami menjadi orang-orang yang memiliki nilai keadilan sosial?

Kami sebagai calon dokter memiliki hasrat yang luhur ketika kami menempuh pendidikan kedokteran sejak pertama kali menginjakkan kaki kami di Kedokteran, yakni agar kami dapat mengabdi tanpa pamrih bagi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Kami memiliki sumpah, seperti yang terkandung dalam sumpah Hippocrates, bahwa

“.......... Dengan kemurnian dan dengan kesucian saya akan mempraktekkan Seni (Kedokteran) ini. Saya akan membantu orang yang sedang dalam penderitaan, ......... Kemanapun saya melangkah saya akan mendahulukan kepentingan orang sakit, dan tidak memberikan persetujuan atau kesediaan untuk melakukan kejahatan, ...........” 

Kita semua memahami bersama bahwa karakter individu seseorang ada yang terbentuk sejak ia lahir dan ada pula yang terbentuk karena lingkungannya yang membentuk karakternya, entah apakah ia akan menjadi karakter dengan sifat kepedulian  yang tinggi ataukah justru ia akan menjadi individu dengan sifat kepedulian yang rendah? Ketika kita melihat beban biaya pendidikan yang tinggi dan terasa sangat besar bagi sebagian besar di antara kami, maka jangan pernah menyalahkan kondisi jika melahirkan oknum-oknum dokter yang mungkin berpikir untuk memperkaya diri secara material, karena proses pendidikan tidak mengajarkannya demikian.
 

Sebagian besar di antara kami memiliki mimpi dan keinginan untuk memajukan daerah tempat kami menuntut ilmu, tetapi saat ini mimpi mungkin hanya sebatas kata yang sesuai dengan maknanya bahwa kami hanya bisa mewujudkannya melalui mimpi kami saat kami bisa tertidur karena beban biaya ini pada akhirnya harus memupuskan keinginan kami itu. Tingginya biaya pendidikan yang harus kami tanggung pada akhirnya menyeleksi kami bukan berdasarkan kemampuan dan motivasi baik kami untuk terus mengabdi pada masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tetapi berdasarkan banyak tidaknya uang yang orangtua kami miliki untuk terus membiayai kami sekolah hingga akhir proses pendidikan ini.
 

Kami pun berharap Anda sekalian sebagai pembuat kebijakan di Sulawesi Tengah untuk memperhatikan kami. Apakah Anda rela Fakultas Kedokteran negeri di Sulawesi Tengah diisi oleh orang-orang dari luar Sulawesi Tengah? Sekali lagi kami sampaikan bahwa anak-anak Sulawesi Tengah sangat mampu secara intelektual untuk menjadi Dokter, namun tidak mampu secara fiansial. Tengok saja daerah-daerah lain yang memperoleh dukungan penuh pemerintah daerahnya, adakah dari mereka yang tidak berprestasi di tingkat Nasional bahkan di tingkat Internasional? Apakah anak-anak bangsa mereka yang menjadi Dokter yang biasa-biasa saja? Mereka sebagian besar menggunakan anak-anak daerah mereka untuk mengabdi bagi daerah mereka, sebab siapa lagi yang peduli terhadap daerah kecuali anak-anak daerah mereka sendiri? Adakah Sulawesi Tengah dapat dibangun secara optimal oleh anak-anak daerah lain? Ketika pemerintah daerah memperhatikan mereka, kami percaya mereka akan berjuang dengan sekuat tenaga tanpa pamrih untuk membangun daerah ini.

Ketika proses pendidikan mengajarkan seorang dokter menjadi seorang “pedagang” maka ketika dalam proses pendidikannya ia sedang membeli “barang" yang mahal maka sudah tentu jika ia telah menyelesaikan proses pendidikan ini, maka ia kembali akan menjual “barang” ini dengan harga yang setimpal pula, hingga stigma masyarakat mengenai biaya kesehatan mahal tidak akan pernah berubah. Masyarakat akan takut berobat ke dokter karena biaya yang harus mereka tanggung sangat besar. Apakah kita membutuhkan calon dokter dengan pemikiran seperti ini?.

Tentunya dari hati nurani bapak/ibu tidak menginginkannya dan bahkan akan mengutuk jika terjadi hal-hal seperti ini. Tetapi apakah hal ini menjadi kesalahan mereka sepenuhnya? Jawabannya tetap tidak, karena proseslah yang membentuk mereka pada akhirnya berpikir seperti itu dan ini juga menjadi bagian dari tanggung jawab pemerintah dalam membentuk karakter ini.
 

Bagaimana pula dengan orangtua kami? Tidak ada seorang orangtuapun yang ingin melihat harapan anaknya pupus di tengah jalan. Para orangtuapun akan berjuang agar anaknya tetap melanjutkan proses pendidikannya tetapi apakah dengan menjual seluruh harta benda yang kami miliki, meminjam uang kesana-kemari akan menjadi solusi dari biaya pendidikan kami. Untuk sementara yah, tetapi selanjutnya bagaimana? Biaya hidup bukan hanya semata-mata pembiayaan Ko-Ass kami, ada banyak hal yang mesti dibiayai. Biaya hidup sehari-hari, belum lagi kami yang merantau sudah tentu biaya hidup bertambah, dan kami bukanlah anak semata wayang yang segalanya diprioritaskan pada kami. Kami juga punya adik, punya kakak yang masih melanjutkan studi yang juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.
 

Apakah tidak ada harapan bagi kami untuk melanjutkan studi kami ini. Kami yang bermimpi dan bercita-cita untuk memajukan kesehatan di daerah kami harus mengubur mimpi kami karena kami tidak sanggup membayar biaya pendidikan kami yang tiba-tiba harus naik di tengah jalan. Kami tau dan paham bahwa pemerintah 
kami, tidak akan pernah menutup mata untuk hal ini dan selalu akan berjuang mencari solusi buat masalah kami. 

Menutup surat terbuka ini, kami teringat akan kisah dr. Lo Siaw Ging yang mengobati pasiennya secara gratis, serta dr. F. X. Soedanto yang hanya dibayar seribu rupiah oleh pasiennya. Kami memiliki cita-cita untuk menjadi dokter dengan pengabdian tinggi seperti mereka. Mereka adalah role model kami sebagai calon dokter. Tidak pernahkah terbesit di pikiran Anda bahwa Sulawesi Tengah memiliki ratusan orang dengan cita-cita luhur seperti mereka? Kami berharap bahwa kami pun juga dapat menjadi dokter yang mengabdi tanpa pamrih seperti mereka.
 

Terimakasih karena Bapak/Ibu mau membaca surat kami dan kami akan sangat berterimakasih karena Bapak/Ibu tidak akan tinggal diam untuk masalah kami ini.

Wassalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh .


Salam Hangat,
Dokter Muda

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
READ MORE

Karantina, ngapain sih? - 3

Ketika tinggal seminggu lagu SBMPTN, ada satu hari yang namanya bina akrab. Seharusnya bina akrab dilakukan diawal-awal pertemuan, eh.. ini nanti udah mau selesai karantinanya. Bina akrab itu dimulai dari jam 5 sore. Kebetulan saya yang ngebakar ikan, yang lain ada di dapur, ada yang bakar ayam, ada yang nyiapin lilin, kue ulang tahun, dll. Dibina akrab ini semua tentor dari seluruh cabang JILC, datang kekarantina. Setelah capek bakar ikan sampai jam 9 malam, waktunya saya dan teman-teman yang udah ngurusin makanan untuk makan. Kami makan bersama di dalam kolam dengan beralaskan karpet, sambil nyalain speaker besar dan ditambah proyektor untuk surpraise entar subuhnya.


Setelah tiba jam 12 malam, kami yang cowok menyalakan lilin, yang ditaruh digelas aqua yang udah dipotong, kemudian diletakkan diatas genangan air kolam renang yang dangkal dan berwarna hijau itu. Sementra yang ulang tahun sudah tidur. Tapi saya yakin kalau dia sengaja tidur, karena dia sudah tahu kalau dia yang akan diberikan surpraise malam ini. yang ultah ini adalah ketua geng yang selalu mengadakan surpraise ketika ada teman yang ulang tahun.


 Jam 1 subuh tiba, kami udah menuntaskan semuanya, setelah itu beberapa ceweknya ngebangunin si Elma ini (yang ulang tahun) setelah dia keluar dari gedung utama menuju kolam, kami nyanyikan lagu ulang tahun dan dia menatap kediding gedung lantai II yang bertuliskan selamat ulang tahun, sambil dia meniup semua lilin yang ada dikolam, setelah itu ada salah satu cowok langsung menjatuhkan dia, kemudian ketika lari cowok itu ikut jatuh dan basah kuyup juga. Dari situ kejadian dimulai, saling lempar tepung, telur, dan siram-siraman air kolam terjadi. Dalam hati saya, saya gak mau besah malam ini. saya harus menjaga kesehatan saya, karena tinggal 6 hari lagi SBMPTN dilaksanakan. Akhirnya saya lari bersama seorang teman saya di loteng, tempat penampinggan air. Dan dari atas situ, pemandangan indah berhasil direkam oleh mata saya. Saya melihat banyaknya lilin yang dinyalakan, dan orang-orang yang lagi kejar-kejaran sambil siram-siraman. Sungguh tak terlupakan.



Setelah tiba jam 02:30, mereka mencari kekamar-kamar dan masuk ketempat persembunyian kami. Kami berdua sembunyi di kamar cewek yang berada dilantai 3. Sayangnya kami tak tahu kalau pintu itu tidak ada kuncinya, akhirnya kami bersembunyi dibawah kasur, tapi kami kedapatan. Setelah sekitar 20 menit bergulat dibawah ranjang, teman seya berhasil dikeluarkan, dan saya juga berhasil selamat, karena ketika mereka mengangkat dia kekolam, saya langsung lari ke WC cewek dan menguncinya. Setelah 20 menit berada didalam WC, saya memberanikan diri keluar, dan langsung lari kemar saya yang berada di lantai I. Sayangnya, kamar saya terkunci, akhirnya saya lari lagi bersembunyi di WC dekat kamar saya, sambil membuka sedikit celah di pintu untuk melihat CCTV. Ternyata, di CCTV depan kamar cowok yang lain, mereka menyiram air kedalam melalui ventilasi, karena ada seorang tentor dan 3 orang siswi didalam kamar itu yang mengunci pintu. Keadan mulai stabil sekitar pikul 04:00, saat itu semua sudah mandi dan masuk kamar masing-masing, sedangkan saya masih dikuncikan pintu oleh teman sekamar saya yang ngumpet dari tadi malam, sambil ketiduran. Akhirnya hari itu saya tidur dikamar cowok yang lain, dan bangun lagi jam 7 pagi untuk belajar di kelas besar.

Setelah H-1 SBMPTN, saya tidak tidur dikarantina. Saya pergi kerumah nenek saya untuk menginap, karena lokasinya dekat dengan tempat ujian saya di SMAN 1 Makassar. Setelah tiba hari yang dinantikan, saya datang terlalu cepat, bahkan sedangkan pitu ujian saja masih terkunci. Setelah itu saya masuk ujian, dan seperti dugaan saya sebelumnya, saya tidak akan mendapat bantuan apa-apa dan tertor-tentor saya dikarantina, karena diHP saya tidak ada Line, apalagi BBM. Akhirnya saya berusaha menjawab semua soal dengan kemampunan saya sendiri dan dengan doa serta harapan penuh kepada Tuhan. Setelah itu saya pulang lagi ke Pampang, kemudian setelah jam 6 sore, saya kembali lagi kekarantina, dan mengemasi barang-barang saya.

Malam setelah usai SBMPTN, seluruh tentor JILC sekota Makassar dan sekitarnya berkumpul dikarantina untuk mengadakan acara makan bersama sambil karaoke bersama. Saya masih sempat juga makan disana, dan bercerita dengan tentor dan teman-teman saya. Ternyata subuh sebelum ujian, mereka sudah mendapatkan 1 paket soal TKPA, dan mereka kerjakan, tetapi hanya 5-6 orang dari mereka yang belum tidur. Dan ternyata beberapa teman-teman saya, merhasil memfoto soal dan mengirimkan ketentor, akhirnya mereka mendapat bantuan. Tetapi saya ingat kata tentor saya “kau harus yakin, kau akan lulus dengan kemampuanmu sendiri, dan akan mengalahkan teman-temanmu yang dapat sedikit bantuan”. Setelah itu saya ditelpon oleh tante saya, ternyata dia sudah menunggu diluar karantina untuk menjeput saya menuju ke Watampone. Saya keluar rumah membawa koper dan ransel saya secara diam-diam, karena yang lain masih pada sibuk. Bye Karantina, Bye Makassar.

"Thanks for semua tentor karantina, teman-teman seperjuangan dikarantina, thanks buat kak Marsem, kak Arnis, kak mice, dan pak Dirman serta kak Adi yang selalu buat kamarku bersih setiap hari. Semoga kita akan bertemu kembali"
READ MORE

Karantina, ngapain sih? - 2


Cerita sebelumnya; Karantina, ngapain sih? - 1
Pernah ketika tinggal seminggu lebih SBMPTN tiba, tepatnya hari minggu, saya tidur siang dan bagun disore hari, karena hari minggu tidak belajar. Ketika saya bangun, beberapa teman cowok saya mengajak saya jalan-jalan dimalam ini, katanya keliling-keliling kota makassar saja, tapi firasat saya nggak enak. Karena berbagai pertimbangan, akhirnya saya mengiyakan. Pertama, saya pergi ke Gereja bersama kedua teman cowok saya, setelah pulang dari gereja sekitar hampir pukul 9 malam, kami pergi untuk carter mobil, setelah itu kami menjemput seorang tentor, dan menuju kekarantina untuk menjemput beberapa teman kami, pokoknya dimobil kami ada 8 orang.

Perjalanan dimulai, rute pertama, kami menuju ke KFC. Di KFC, beberapa memesan makanan, sedangkan saya hanya memesan chicken filet, karena sebelumnya saya barusan makan kebab. Setelah keluar dari KFC, seorang teman saya pergi membeli rokok, dan setelah kembali kemobil, dia menawari kami rokok, tetapi hanya 2 orang yang mau merokok, yang pastinya saya tidak.

Rute kedua, kami berjalan-jalan sambil melihat pemandangan di “Nusantara” sekitar jam 11 malam, tapi hanya melihat tok, tidak berhenti kok. Kenapa saya kasi tanda kutip ditulisan Nusantara?, mungkin hanya orang Makassar saja yang tahu.
Rute ketiga, kami pergi karaoke selama 2 jam di Diva. Saya masuk karaoke disitu, tetapi saya jarang nyanyi karena bosan, tetapi saya lihat teman saya yang lain sangat menikmati. Saya kurang menikmati karaoke tersebut karena, ditempat karaoke itu, ruangan tertupup dan penuh asap rokok, jadi saya sering banget keluar.

Rute keempat, kami kembali melihat-lihat di “Nusantara”, kemudian mampir di Circle-K dekat Losari, disitu kami ngopi sampai jam 4 subuh, sambil bercerita tentang SBMPTN bersama tentor yang ikut ini. Setelah itu kami pergi ketanjung dengan niat untuk tidur sebentar di salah satu ruma siswa karantina, tetapi sayangnya, dia tidak membawa kunci rumahnya, akhirnya kami lanjut menuju Tanjung baying.

Kami tiba ditanjung baying sekitar pukul 4:30 subuh, disitu kami masuk tidak bayar, karena penjaganya tidur, akhirnya kami masuk sampai kepantainya, tapi hanya suar ombak yang kedengaran, pantainya sama sekali tidak kelihatan. Bersantai sejenak disitu sampai pukul 5:00 subuh, kami melanjutkan perjalanan.

Rute terakhir, kami hendak menuju kepantai galasong yang berada ditakalar. Sampai ditakar jam 6 pagi, kami beristirahat lagi disebuah warung kecil, sambil membaringkan badan sedikit dikursi rotan, karena pantai galasong masih tutup. Setelah pukul 8:00 pagi, kami pergi kepantai galasong, dipantai itu, semua teman dan tertor saya nyebur kekolam renang dan pantai, serta naik banana boot  tetapi saya tidak, karena ssaya tidak bawa pakaian ganti, kan baru pulang gereja.

Setelah semua ganti pakaian, kami mencoba untuk menaiki motor ATV, menghadapi rintangan diwahana semacam labirin, dll. Setelah itu kami yang sudah kantuk total, langsung menuju kekarantina pada pukul 12 siang. Setibanya kekarantina, saya langsung mandi, terus makan siang, minum obat, langsung tidur karena saya langsung demam. Untungnya saya tidak pernah sakit agak parah, hanya kurang enak badan saja, karena kebutuhan vitamin saya selalu terpenuhi, saya selalu beli susu beruang, C-1000, Vitamin C, dan Madu.

Ketika pengumuman kelulusan SNMPTN, tepatnya tanggal 27 Mei pukul 13.00, kami semua langsung mengecek kelululusan kami bersama-sama dilantai II karantina. Kami mengecek satu persatu. Sebulum kami mengecek, kami sudah buat perjanjian, siapa yang lulus FK, akan dibuang dikolam. Tetapi setelah semua mengecek, ternyata tidak ada yang lulus FK.  Hanya ada satu orang yang lulus SNMPTN tetapi bukan FK, melainkan Ilmu Hukum UNSRAT. Jadinya, dia tidak mengambil jurusan ini. Karena tidak ada yang lulus FK, maka yang dibuang adalah tentor kami. Kami mengangkat tentor ini dari lantai II sampai di kolam renang dan kami celup-celup dulu sebelum dibuang, akhirnya kami bungang dia. Sebenarnya penceburan tentor ini sempat kami rekam, sayangnya video itu tidak ada sama saya.

Dikarantina, kami 2 kali mengadakan Baksos kerumah-rumah kumuh dan panti asuhan, kami membeli barang-barang sendiri, kemudian mengumpulkannya dikantongan hitam, kemudian membagikannya kepemukiman kumuh yang jaraknya sekitar 3 kiloan dari karantina sambil berjalan kaki. Yang serunya, ketika motor gerobak bermerk kaisar yang menggangkut sembako itu sudah habis, kami berebutan naik disitu untuk pulang, bahkan sampai hampir 20 orang berdepetan diatas motor itu.

Ketika tinggal seminggu lagu SBMPTN, ada satu hari yang.. Selanjutnya; Karantina, ngapain sih? - 3
READ MORE

Karantina, ngapain sih? - 1


Tiba di Makassar sekitar pukul 12, saya nyampe di bandara Hassanudin. Dari bandara saya naik damri menuju ke JILC Cokro untuk registrasi. Dari situ, saya naik pete-pete menuju ke rumah nenek saya di pampang. Setelah sekitar dua jam di Pampang, saya menuju ketempat saya di karantina selama dua bulanan, yaitu di perumahan bukit baruga, Antang – Makassar.
Pertama masuk di Karantina, semua siswa lagi belajar, karena saya nyampenya jam 8 malam. Dalam hati saya “ini rumah mewah banget”, gimana gak mewah, masuk sampai kemamar saja, saya harus lewatin berbagai ruang dan kolam renang. 


Fasilitas di karantina sangat lengkap.  Ada kolam renang, ada kolam ikan jumbo, kolam ikan terapi, makanan catering yang enak, kamar ber-AC, WC… Nah WC ini menjadi intimidasi bagi laki-laki, WC untuk cowok hanya ukuran 2.25 M2 sedangan WC cewek ukurannya bahkan ada yang lebih besar dari kamarku yang ukurannya hanya 8 M2 fasilitas WC-nya juga bagus, ada kaca, bath, shower, closet seperti yang dibandara, gantungan pakaian, tempat penyimpanan alat mandi, dan air mereka juga, bisa diubah menjadi panas dan dingin, sedangkan cowok hanya adak bak mandi, timba, dan closet. Tetapi enaknya WC cowok, kalau air tidak mengalir, cowok tetap bisa mandi, karena ada baknya, sedangkan cewek tidak bisa apa-apa, akhirnya mereka mandi di WC cowok, jadi biasa ada yang gak mandi seharian, bayangkan saja, siswa 76 orang mandi di WC cowok yang kecil dan hanya ada 3 WC. Kalau bukan gak mandi, masuk WC Berdua atau bertiga.

Saya datang ke Makassar memang dalam keadaan demam tinggi, jadi hari pertama dan kedua tidur dikamar, ketika bangun paginya saya mimisan. Saya mimisan karena suhu dikamar sangat dingin, mungkin karena saya jarang tidur di kamar ber-AC. Padahal AC-nya bisa saya matiian, tapi gak enak sama 2 teman sekamar saya, mungkin kalau tidur AC-nya saya matiin, mereka akan kepanasan. Tetapi akhirnya saya puny ide, remot AC-nya saya setting agar tampilnya 16 derajat, padahal angka aslinya 28 derajat celcius. Setelah 2 minggu kami yang cowok sudah sangat akrab, kamar saya bisa ditiduri sekitar 4-6 orang, karena tidak terlalu dingin. Ternyata banyak juga yang gak kuat tidur di tempat yang dingin banget. Soalnya kamar kecil, tetapi suhu AC sampai 16 derajat, terus nyalain turbo dan wing, siapa yang gak kuat kalau gitu?

Minggu pertama disana, saya terasa berat banget jalani kehidupan, setiap hari hanya tidur jam 11 malam – jam 6 pagi, jauh beda dengan kebiasaan di Palu saat SMA. Di Palu tidur hampir jam 9, bagun jam 5 pagi. Tetapi setelah 3 minggu keatas, saya bahkan lanjut belajar mandiri sampai jam 2  bahkan kadang-kadang sampai jam 4 subuh, terus tidur, bangunnya yang lewat, sekitar jam 7, karena saat mandi tidak antre lagi, soalnya banyak teman-teman yang gak masuk kelas besar di jam pertama, mereka masih tidur, dan ada yang belajar di kamar saja.

Yang paling seru ketika di sana itu adalah ketika ada yang ulang tahun, seorang cewek jalan ke- 12 kamar siswa yang ada untuk menagih uang sekitar 5 – 10 rubuan. Uangnya itu dipakai untuk beli kue ulang tahun, lilin, dll.

Yang paling asik itu adalah, hampir tiap minggu kami naik ke-bus menuju ke MP (Mall Panakukang), sampai di MP, kita masuk ke Ball Room dan keluar dari Ball Room sekitar jam dua siang, tetapi karena cewek-ceweknya minta untuk dijemput oleh bus jam 5, jadi 3 jam, kami habiskan untuk jalan-jalan dalam mall. Teman-temanku yang dikarantina, memang sekitar 90% orang yang kaya dan makmur, jadi saya meraka masuk nonton dan bayar 50 ribuan, setelah itu belanja di mana-mana, sedangkan saya biasa saja. Memang ketika pergi MP, saya bawa uang Rp. 300.000,- tetapi saya gak mau habiskan itu untuk kesenangan saya sendiri. Pasti ketika saya minta untuk orang tua saya kirimkan uang lagi, mereka akan kirimkan, tetapi saya yang minta nggak enak banget, sudah habiskan uang bimbel 18 juta, tiket PP, sekitar 1 juta, masak saya harus buang-buang uang orang tua saya lagi disana?. Jadi saya hanya masuk took buku untuk lihat-lihat, main ice skating hanya 10 ribu untuk setengah jam, padahal saya gak tahu sama sekali, jadi ketika pertama menginjakkan kaki di es, saya langsung jatuh, dan dilihatin anak SD yang sudah agak mahir. Jadi saya hanya berpegangan di pinggir arena, sementara yang lain main sambil dance dan atraksi ditengah arena, saya juga  masuk toko musik juga hanya nanya-nanya, tapi akhirnya ada juga yang saya beli, saya beli capo untuk gitar, karena dari Palu saya sudah rencanakan, tapi harganya itu memang murah, hanya 60-an.

Minggu pertama disana, kami rajin sekali berenang , tetapi lama kelamaaa bosan, dan lama-lama kolamnya sudah kotor bahkan airnya sampai berwarna hijau karena lagi musim hujan. Jadi siapa yang ulang tahun habis belajar jam 11 malam, kita rayain dengan ngasi kue Ultah dan di buang kekolam hijau pekat yang airnya gak sampai setengah. Tetapi ujung-ujungnya semua kena cebur, karena siapa yang kecebur akan ngejar teman yang lain, dan akhirnya sampai semua basah, kami gak pandang itu siswa atau tentor, sumua nyeburt dan akhirnya sekitar jam 2 subuh terpaksa ngantre lagi dikamar mandi karena badan sudah basah dan berlumut. Kalau gitu yang paling kasihan adalah tentor, mereka tidak bawa baju ganti, jadi biasa Cuma pakai sarung siswa.


Cukup banyak hal-hal aneh yang kami lakukan dikarantina, salah satunya adalah seusai midnight show pukul 01:30, kami yang cowok, belum tidur sampai jam 2. Kami masih duduk bercerita didepan TV. Iseng-iseng buka CCTV, kami melihat ada dua orang cewek yang turun kedapur untuk memasak mie. Tiba-tiba ad aide buruk dari seorang teman kami, dan kami setuju. Kami menyetel nada dering sebuah handphone menjadi lagu sinden jawa yang berjudul legser wengi. Dan seorang lainnya bertugas membawa HP itu kedapur. Dengan alasan ambil minum, teman kami ini meletakkan HP itu di kegelapan antara dapur dan ruang makan. Setelah itu dia kembali kearea cowok. Kami bersiap-siap di depan CCTV dan kami menelpon HP itu, dan seperti dugaan kami, merekan akan katakutan dan lari terbirit-birit, sayangnya mereka berdua larinya kearea cowok, akhirnya sambil menahan tawa, kami matikan CCTV dan berakting pubing didepan mereka berdua. Setelah menceritakan kejadiaannya, kami mengantarnya kembali kekamar, dan makanan mereka berdua, kami bagi-bagi. Kejadian ini coba kamu ulangi sampai 4  kali, sayangnya yang pertama dan kedua berhasil, tetapi yang ketiga dan keempat gagal, ternyata mereka sudah tahu, akhirnya kami yang rugi sudah tidak tidur sampai jam 5 subuh nugguin reksi ketakutan mereka depan CCTV, tetapi gagal.

Ada hal lagi yang gak bisa dilupakan dari karantina, yaitu laundry. Laundry dikarantina, umunya datang 3 hari sekali. Dan biasanya ada barang yang hilang, bertambah ataupun tertukar. Semua yang bukan barang milik kita, kita letakkan di tangga, tetapi ketika ditangga, kami yang cowok, malah asik memainkan pakaian dam cewek, ada yang ditaruh di muka, dijadikan bola, dan dilempar-lempar. Tetapi sayangnya ada beberapa pakaian saya yang tidak kembali bahkan sampai keluar dari karantina.



Pernah ketika tinggal seminggu lebih SBMPTN tiba, tepatnya hari minggu, saya... cerita selanjutnya klik disini; Karantina, ngapain sih? - 2
READ MORE

Hari Terakhir Ngumpul di Palu - 3



ini seri ke-3. klik disini untuk seri sebelumnya. Berlanjut dihari senin, tanggal 21 april. Saya dan bagus berniat pergi ke pantai Enu yang jaraknya 50 KM dari Palu. Karena tidak seru bila cuma pergi berdua, akhirnya kami mengajak teman sekelas, sayangnya hanya enam orang teman kami yang mau ikut.
Cerita berlanjut dihari selasa, tanggal 22 april, kami bersiap-siap pergi ke-Enu. Pagi-pagi saya pergi kebengkel untuk ganti oli dan tegangin rantai motorku. Setelah itu bareng teman-teman berangkat ke-Enu. Kami berangkat 8 orang, 4 cowok, dan 4 cewek. Diperjalanan kami mampir untu membeli snack dan minuman untuk bekal di Pantai, karena memang dari pagi kami perut kami belum terisi apa-apa. Karena ingatanku samar-samar, aku sempat melewati pantai itu sekitar 5 kiloan, soalnya aku yang pimpin jalan. Setelah sempat bertanya kependuduk setempat, akhirnya kami putar arah. Sempat mengagetkan orang dijalan, karena tiba-tiba menyebrang ditikungan, saya pubing dan memacu motorku agak cepat sambil melihat kekaca spion “jangan sampai orang tadi itu mengejarku” pikirku dalam hati. Dan sepertinya balqish yang aku bonceng tidak tahu apa-apa. Setelah sampai kepantai itu, saya bertanya kepada teman-teman saya yang lain, dan ternyata, tadi mereka meminta maaf kepada orang yang tadi aku tidak sengaja sempat kagetkan dia. Kata novan “Maaf om, yang tadi itu teman kami”. Karena Novan, akhirnya orang itu tidak jadi mengejar kami, padahal orang itu tadi sudah meneriaki kami.







Berhenti cerita soal perjalanan, akhirnya kami masuk kepantai yang indah itu tanpa bayar uang masuk, hanya bayar parkir saja, 5 ribu permotor. Pertama tiba, kami kembali melakukan hal wajib yaitu; (foto). Kemudian kami mandi bareng-bareng, joget, menyanyi, dan beberapa yang lain lompat dari tebing batu yang cukup tinggi, saya sih nggak berani, soalnya saya gak tahu berenang. Sayangnya satu teman 2 orang teman kami, Cindy dan Wulan hanya dipinggir pantai saja berfoto-foto, karena mereka tidak membawa baju ganti. Setelah jam 1 siang, kami segera pulang untuk beristirahat, karena satu teman kami jam 3 sore harus pergi sebagai panitia bazaar. 



Thanks for Bagus, Kiky, Indy, Balqish, Wulan, Novan dan Anto.

Sesampainya dirumah, saya langsung mandi, dan beristirahat, karena saya demam tinggi. Saya bagun hampir jam 6 sore. Baru bagun, bagus datang kerumahku dan menjemputku untuk pergi kebazaar teman kelas kami. Sesampainya disana, saya hanya duduk diam, karena demam juga, dan berfoto sedikit. Setelah diberikan makanan dan minumannya, saya makan duduk diam lagi, sementara yang saya datangi bazaarnya sibuk sendiri di meja panitia. Sebenarnya tujuan awal saya menunda keberangkatanku, karena bazaar ini. Sayangnya saya dan bagus pulang dengan agak kecewa, karena bazaarnya tidak seseru apa yang saya pikirkan.



Setelah itu kami mampir sebentar diswalayan untuk beli perlengkapan besok, padahal bagus juga tidak tahu kalau besok saya berangkat untuk ikut bimbel selama 2 bulan. Setelah itu bagus mengantarku kerumah. 

Satibanya dirumah, novan dan arhie datang kerumah untuk mengambil gitar sekolah yang saya pakai dirumah selama hampir 2 bulan. Kami berempat, saya, bagus, novan dan arhie, masih duduk santai sambil main gitar di teras depan rumahku. Tiba-tiba papaku yang lagi nyiram bunga sekitar jam 11 malam bertanya padaku “jam berapa tiketmu besok?”. Wah, dalam hatiku, kenapa papaku pake tanya-tanya segala, padahal aku udah nyembunyiin keberangkatanku dari teman-temanku. Terpaksa aku jawab “jam 11 pak”. Setelah itu Novan dan Arhie pulang sambil membawa gitar sekolah dan berkata “selamat berjuang Pascal”. Kemudian Bagus juga ikut pulang.

Karena berita semalam, tanggal 23 pagi Bagus datang kerumahku. Bagus datang kerumah hanya untuk “salaman”. Padahal saya bilang ke dia kalau saya berangkat tanggal 26, tetapi dia tidak percaya. Setelah itu dia pulang, karena dia juga harus berangkat ke morowali jam 11 ini.

Jam 11 saya berangkat kebandara yang jaraknya hanya 500 meter dari rumahku. Setelah mengurus check-in, saya masuk ruang tunggu dan mengucapkan selamat tinggal untuk 2 bulan kepada papaku yang mengantar saya kebandara, karena ini baru pertama kalinya saya pergi meninggalkan orangtua dan adik-adik saya. Mama saya tidak ikut mengantar saya kebandara, karena masih ujian disertasi di Malang. Setelah menunggu sebentar, saya naik ke-Pesawat dan Take Off meninggalkan Palu. Bye Palu :D
 
READ MORE