Karantina, ngapain sih? - 1
Pascal Adventra Tandiabang | Kamis, Juni 19, 2014 |
Pascal Adventra
Pertama masuk di Karantina, semua siswa lagi belajar, karena
saya nyampenya jam 8 malam. Dalam hati saya “ini rumah mewah banget”, gimana
gak mewah, masuk sampai kemamar saja, saya harus lewatin berbagai ruang dan
kolam renang.
Fasilitas di karantina sangat lengkap. Ada kolam renang, ada kolam ikan jumbo, kolam
ikan terapi, makanan catering yang enak, kamar ber-AC, WC… Nah WC ini menjadi
intimidasi bagi laki-laki, WC untuk cowok hanya ukuran 2.25 M2
sedangan WC cewek ukurannya bahkan ada yang lebih besar dari kamarku yang
ukurannya hanya 8 M2 fasilitas WC-nya juga bagus, ada kaca, bath,
shower, closet seperti yang dibandara, gantungan pakaian, tempat penyimpanan
alat mandi, dan air mereka juga, bisa diubah menjadi panas dan dingin,
sedangkan cowok hanya adak bak mandi, timba, dan closet. Tetapi enaknya WC
cowok, kalau air tidak mengalir, cowok tetap bisa mandi, karena ada baknya,
sedangkan cewek tidak bisa apa-apa, akhirnya mereka mandi di WC cowok, jadi
biasa ada yang gak mandi seharian, bayangkan saja, siswa 76 orang mandi di WC
cowok yang kecil dan hanya ada 3 WC. Kalau bukan gak mandi, masuk WC Berdua
atau bertiga.
Minggu pertama disana, saya terasa berat banget jalani
kehidupan, setiap hari hanya tidur jam 11 malam – jam 6 pagi, jauh beda dengan
kebiasaan di Palu saat SMA. Di Palu tidur hampir jam 9, bagun jam 5 pagi.
Tetapi setelah 3 minggu keatas, saya bahkan lanjut belajar mandiri sampai jam
2 bahkan kadang-kadang sampai jam 4
subuh, terus tidur, bangunnya yang lewat, sekitar jam 7, karena saat mandi
tidak antre lagi, soalnya banyak teman-teman yang gak masuk kelas besar di jam
pertama, mereka masih tidur, dan ada yang belajar di kamar saja.
Yang paling seru ketika di sana itu adalah ketika ada yang
ulang tahun, seorang cewek jalan ke- 12 kamar siswa yang
ada untuk menagih uang sekitar 5 – 10 rubuan. Uangnya itu dipakai untuk beli
kue ulang tahun, lilin, dll.
Yang paling asik itu adalah, hampir tiap minggu kami naik
ke-bus menuju ke MP (Mall Panakukang), sampai di MP, kita masuk ke Ball Room
dan keluar dari Ball Room sekitar jam dua siang, tetapi karena cewek-ceweknya
minta untuk dijemput oleh bus jam 5, jadi 3 jam, kami habiskan untuk
jalan-jalan dalam mall. Teman-temanku yang dikarantina, memang sekitar 90%
orang yang kaya dan makmur, jadi saya meraka masuk nonton dan bayar 50 ribuan,
setelah itu belanja di mana-mana, sedangkan saya biasa saja. Memang ketika
pergi MP, saya bawa uang Rp. 300.000,- tetapi saya gak mau habiskan itu untuk
kesenangan saya sendiri. Pasti ketika saya minta untuk orang tua saya kirimkan
uang lagi, mereka akan kirimkan, tetapi saya yang minta nggak enak banget, sudah
habiskan uang bimbel 18 juta, tiket PP, sekitar 1 juta, masak saya harus
buang-buang uang orang tua saya lagi disana?. Jadi saya hanya masuk took buku
untuk lihat-lihat, main ice skating hanya 10 ribu untuk setengah jam, padahal
saya gak tahu sama sekali, jadi ketika pertama menginjakkan kaki di es, saya
langsung jatuh, dan dilihatin anak SD yang sudah agak mahir. Jadi saya hanya
berpegangan di pinggir arena, sementara yang lain main sambil dance dan atraksi
ditengah arena, saya juga masuk toko
musik juga hanya nanya-nanya, tapi akhirnya ada juga yang saya beli, saya beli
capo untuk gitar, karena dari Palu saya sudah rencanakan, tapi harganya itu
memang murah, hanya 60-an.
Minggu pertama disana, kami rajin sekali berenang , tetapi
lama kelamaaa bosan, dan lama-lama kolamnya sudah kotor bahkan airnya sampai
berwarna hijau karena lagi musim hujan. Jadi siapa yang ulang tahun habis
belajar jam 11 malam, kita rayain dengan ngasi kue Ultah dan di buang kekolam
hijau pekat yang airnya gak sampai setengah. Tetapi ujung-ujungnya semua kena
cebur, karena siapa yang kecebur akan ngejar teman yang lain, dan akhirnya
sampai semua basah, kami gak pandang itu siswa atau tentor, sumua nyeburt dan
akhirnya sekitar jam 2 subuh terpaksa ngantre lagi dikamar mandi karena badan
sudah basah dan berlumut. Kalau gitu yang paling kasihan adalah tentor, mereka
tidak bawa baju ganti, jadi biasa Cuma pakai sarung siswa.
Cukup banyak hal-hal aneh yang kami lakukan dikarantina,
salah satunya adalah seusai midnight show pukul 01:30, kami yang cowok,
belum tidur sampai jam 2. Kami masih duduk bercerita didepan TV. Iseng-iseng
buka CCTV, kami melihat ada dua orang cewek yang turun kedapur untuk memasak
mie. Tiba-tiba ad aide buruk dari seorang teman kami, dan kami setuju. Kami
menyetel nada dering sebuah handphone menjadi lagu sinden jawa yang berjudul
legser wengi. Dan seorang lainnya bertugas membawa HP itu kedapur. Dengan
alasan ambil minum, teman kami ini meletakkan HP itu di kegelapan antara dapur
dan ruang makan. Setelah itu dia kembali kearea cowok. Kami bersiap-siap di
depan CCTV dan kami menelpon HP itu, dan seperti dugaan kami, merekan akan
katakutan dan lari terbirit-birit, sayangnya mereka berdua larinya kearea
cowok, akhirnya sambil menahan tawa, kami matikan CCTV dan berakting pubing
didepan mereka berdua. Setelah menceritakan kejadiaannya, kami mengantarnya
kembali kekamar, dan makanan mereka berdua, kami bagi-bagi. Kejadian ini coba
kamu ulangi sampai 4 kali, sayangnya
yang pertama dan kedua berhasil, tetapi yang ketiga dan keempat gagal, ternyata
mereka sudah tahu, akhirnya kami yang rugi sudah tidak tidur sampai jam 5 subuh
nugguin reksi ketakutan mereka depan CCTV, tetapi gagal.
Ada hal lagi yang gak bisa dilupakan dari karantina, yaitu
laundry. Laundry dikarantina, umunya datang 3 hari sekali. Dan biasanya ada
barang yang hilang, bertambah ataupun tertukar. Semua yang bukan barang milik
kita, kita letakkan di tangga, tetapi ketika ditangga, kami yang cowok, malah
asik memainkan pakaian dam cewek, ada yang ditaruh di muka, dijadikan bola, dan
dilempar-lempar. Tetapi sayangnya ada beberapa pakaian saya yang tidak kembali
bahkan sampai keluar dari karantina.
Pernah ketika tinggal seminggu lebih SBMPTN tiba, tepatnya
hari minggu, saya... cerita selanjutnya klik disini; Karantina, ngapain sih? - 2



