Karantina, ngapain sih? - 1


Tiba di Makassar sekitar pukul 12, saya nyampe di bandara Hassanudin. Dari bandara saya naik damri menuju ke JILC Cokro untuk registrasi. Dari situ, saya naik pete-pete menuju ke rumah nenek saya di pampang. Setelah sekitar dua jam di Pampang, saya menuju ketempat saya di karantina selama dua bulanan, yaitu di perumahan bukit baruga, Antang – Makassar.
Pertama masuk di Karantina, semua siswa lagi belajar, karena saya nyampenya jam 8 malam. Dalam hati saya “ini rumah mewah banget”, gimana gak mewah, masuk sampai kemamar saja, saya harus lewatin berbagai ruang dan kolam renang. 


Fasilitas di karantina sangat lengkap.  Ada kolam renang, ada kolam ikan jumbo, kolam ikan terapi, makanan catering yang enak, kamar ber-AC, WC… Nah WC ini menjadi intimidasi bagi laki-laki, WC untuk cowok hanya ukuran 2.25 M2 sedangan WC cewek ukurannya bahkan ada yang lebih besar dari kamarku yang ukurannya hanya 8 M2 fasilitas WC-nya juga bagus, ada kaca, bath, shower, closet seperti yang dibandara, gantungan pakaian, tempat penyimpanan alat mandi, dan air mereka juga, bisa diubah menjadi panas dan dingin, sedangkan cowok hanya adak bak mandi, timba, dan closet. Tetapi enaknya WC cowok, kalau air tidak mengalir, cowok tetap bisa mandi, karena ada baknya, sedangkan cewek tidak bisa apa-apa, akhirnya mereka mandi di WC cowok, jadi biasa ada yang gak mandi seharian, bayangkan saja, siswa 76 orang mandi di WC cowok yang kecil dan hanya ada 3 WC. Kalau bukan gak mandi, masuk WC Berdua atau bertiga.

Saya datang ke Makassar memang dalam keadaan demam tinggi, jadi hari pertama dan kedua tidur dikamar, ketika bangun paginya saya mimisan. Saya mimisan karena suhu dikamar sangat dingin, mungkin karena saya jarang tidur di kamar ber-AC. Padahal AC-nya bisa saya matiian, tapi gak enak sama 2 teman sekamar saya, mungkin kalau tidur AC-nya saya matiin, mereka akan kepanasan. Tetapi akhirnya saya puny ide, remot AC-nya saya setting agar tampilnya 16 derajat, padahal angka aslinya 28 derajat celcius. Setelah 2 minggu kami yang cowok sudah sangat akrab, kamar saya bisa ditiduri sekitar 4-6 orang, karena tidak terlalu dingin. Ternyata banyak juga yang gak kuat tidur di tempat yang dingin banget. Soalnya kamar kecil, tetapi suhu AC sampai 16 derajat, terus nyalain turbo dan wing, siapa yang gak kuat kalau gitu?

Minggu pertama disana, saya terasa berat banget jalani kehidupan, setiap hari hanya tidur jam 11 malam – jam 6 pagi, jauh beda dengan kebiasaan di Palu saat SMA. Di Palu tidur hampir jam 9, bagun jam 5 pagi. Tetapi setelah 3 minggu keatas, saya bahkan lanjut belajar mandiri sampai jam 2  bahkan kadang-kadang sampai jam 4 subuh, terus tidur, bangunnya yang lewat, sekitar jam 7, karena saat mandi tidak antre lagi, soalnya banyak teman-teman yang gak masuk kelas besar di jam pertama, mereka masih tidur, dan ada yang belajar di kamar saja.

Yang paling seru ketika di sana itu adalah ketika ada yang ulang tahun, seorang cewek jalan ke- 12 kamar siswa yang ada untuk menagih uang sekitar 5 – 10 rubuan. Uangnya itu dipakai untuk beli kue ulang tahun, lilin, dll.

Yang paling asik itu adalah, hampir tiap minggu kami naik ke-bus menuju ke MP (Mall Panakukang), sampai di MP, kita masuk ke Ball Room dan keluar dari Ball Room sekitar jam dua siang, tetapi karena cewek-ceweknya minta untuk dijemput oleh bus jam 5, jadi 3 jam, kami habiskan untuk jalan-jalan dalam mall. Teman-temanku yang dikarantina, memang sekitar 90% orang yang kaya dan makmur, jadi saya meraka masuk nonton dan bayar 50 ribuan, setelah itu belanja di mana-mana, sedangkan saya biasa saja. Memang ketika pergi MP, saya bawa uang Rp. 300.000,- tetapi saya gak mau habiskan itu untuk kesenangan saya sendiri. Pasti ketika saya minta untuk orang tua saya kirimkan uang lagi, mereka akan kirimkan, tetapi saya yang minta nggak enak banget, sudah habiskan uang bimbel 18 juta, tiket PP, sekitar 1 juta, masak saya harus buang-buang uang orang tua saya lagi disana?. Jadi saya hanya masuk took buku untuk lihat-lihat, main ice skating hanya 10 ribu untuk setengah jam, padahal saya gak tahu sama sekali, jadi ketika pertama menginjakkan kaki di es, saya langsung jatuh, dan dilihatin anak SD yang sudah agak mahir. Jadi saya hanya berpegangan di pinggir arena, sementara yang lain main sambil dance dan atraksi ditengah arena, saya juga  masuk toko musik juga hanya nanya-nanya, tapi akhirnya ada juga yang saya beli, saya beli capo untuk gitar, karena dari Palu saya sudah rencanakan, tapi harganya itu memang murah, hanya 60-an.

Minggu pertama disana, kami rajin sekali berenang , tetapi lama kelamaaa bosan, dan lama-lama kolamnya sudah kotor bahkan airnya sampai berwarna hijau karena lagi musim hujan. Jadi siapa yang ulang tahun habis belajar jam 11 malam, kita rayain dengan ngasi kue Ultah dan di buang kekolam hijau pekat yang airnya gak sampai setengah. Tetapi ujung-ujungnya semua kena cebur, karena siapa yang kecebur akan ngejar teman yang lain, dan akhirnya sampai semua basah, kami gak pandang itu siswa atau tentor, sumua nyeburt dan akhirnya sekitar jam 2 subuh terpaksa ngantre lagi dikamar mandi karena badan sudah basah dan berlumut. Kalau gitu yang paling kasihan adalah tentor, mereka tidak bawa baju ganti, jadi biasa Cuma pakai sarung siswa.


Cukup banyak hal-hal aneh yang kami lakukan dikarantina, salah satunya adalah seusai midnight show pukul 01:30, kami yang cowok, belum tidur sampai jam 2. Kami masih duduk bercerita didepan TV. Iseng-iseng buka CCTV, kami melihat ada dua orang cewek yang turun kedapur untuk memasak mie. Tiba-tiba ad aide buruk dari seorang teman kami, dan kami setuju. Kami menyetel nada dering sebuah handphone menjadi lagu sinden jawa yang berjudul legser wengi. Dan seorang lainnya bertugas membawa HP itu kedapur. Dengan alasan ambil minum, teman kami ini meletakkan HP itu di kegelapan antara dapur dan ruang makan. Setelah itu dia kembali kearea cowok. Kami bersiap-siap di depan CCTV dan kami menelpon HP itu, dan seperti dugaan kami, merekan akan katakutan dan lari terbirit-birit, sayangnya mereka berdua larinya kearea cowok, akhirnya sambil menahan tawa, kami matikan CCTV dan berakting pubing didepan mereka berdua. Setelah menceritakan kejadiaannya, kami mengantarnya kembali kekamar, dan makanan mereka berdua, kami bagi-bagi. Kejadian ini coba kamu ulangi sampai 4  kali, sayangnya yang pertama dan kedua berhasil, tetapi yang ketiga dan keempat gagal, ternyata mereka sudah tahu, akhirnya kami yang rugi sudah tidak tidur sampai jam 5 subuh nugguin reksi ketakutan mereka depan CCTV, tetapi gagal.

Ada hal lagi yang gak bisa dilupakan dari karantina, yaitu laundry. Laundry dikarantina, umunya datang 3 hari sekali. Dan biasanya ada barang yang hilang, bertambah ataupun tertukar. Semua yang bukan barang milik kita, kita letakkan di tangga, tetapi ketika ditangga, kami yang cowok, malah asik memainkan pakaian dam cewek, ada yang ditaruh di muka, dijadikan bola, dan dilempar-lempar. Tetapi sayangnya ada beberapa pakaian saya yang tidak kembali bahkan sampai keluar dari karantina.



Pernah ketika tinggal seminggu lebih SBMPTN tiba, tepatnya hari minggu, saya... cerita selanjutnya klik disini; Karantina, ngapain sih? - 2
Comments
0 Comments

0 Komentar:

Posting Komentar