Drs. H. Muh. Arasy, M.Si ; Majukan SMAN 3 Palu dengan Penghijauan
Pascal Adventra Tandiabang | Sabtu, Agustus 04, 2012 |
SMAN 3 Palu

Suasana hijau dari pepohonan dan tanaman hias di sekeliling sekolah diyakini Muhammad Arasy memberikan ketenangan, kesejukan, dan semangat belajar para siswa dan guru. Semangat penghijauan itulah yang dia embuskan untuk membangkitkan keterpurukan SMAN 3 Palu, Sulawesi Tengah, yang mengalami kebakaran pada Maret 2002.
Arasy menjadi Kepala SMAN 3 Palu tak lama setelah sekolah tersebut mengalami kebakaran. Para guru dan siswa terpaksa belajar di antara puing-puing bekas kebakaran karena pemerintah daerah tak segera mengucurkan dana pembangunannya.
Suasana sekolah pinggiran yang awalnya tak masuk kategori sekolah favorit di Kota Palu itu, dalam pandangannya, terasa "muram". Arasy yang pencinta tanaman ini lalu membawa ide menghijaukan sekolah.
Kepada para guru, ia membagi ide menghijaukan sekeliling sekolah sambil menunggu kepastian pembangunan ruangan belajar baru. Alasannya, tanaman dapat membuat suasana sekolah sejuk dan nyaman. Ini penting untuk membantu siswa kembali fokus belajar meski belum mempunyai ruang kelas permanen.
Penghijauan yang digalakkan Arasy di sekolah itu mendapat perhatian pemerintah. Tahun 2003, pemerintah daerah mulai membangun ruangan untuk belajar. Kegiatan penghijauan terus dilakukan. Sepanjang lorong sekolah di lantai satu dan dua penuh pot-pot berisi tanaman hias. Pohon cemara, pohon ekor tupai, pisang, dan beragam tanaman lain menyemarakkan sekolah yang luas lahannya sekitar 2 hektare ini, mulai dari gerbang sekolah hingga halaman belakang.
Pembiasaan mencintai lingkungan dengan kegiatan penghijauan itu ditanamkan kepada siswa. Arasy meminta siswa juga menanam pepohonan di rumah. Para orangtua siswa pun diajak menerapkan penghijauan di rumah masing-masing untuk mewujudkan Kota Palu yang hijau.
Seiring berjalannya waktu, penghijauan di SMAN 3 Palu pun menjadi buah bibir. Apalagi Arasy melanjutkan semangat penghijauan di sekolah tersebut menjadi mata pelajaran muatan lokal.
Ia memotivasi guru untuk memakai penghijauan sebagai pintu masuk memperkuat pendidikan karakter siswa yang cinta lingkungan. Sekolah juga menerapkan tata tertib yang membangun karakter siswa.
Sekolah mendorong guru dan siswa melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan baik dan penuh toleransi. Arasy pun menerapkan keberagaman dan toleransi dengan memberikan ruang untuk ibadah siswa dari pemeluk agama yang berbeda. "Sekolah ini semula tak dipandang. Soalnya, siswa yang sekolah di sini kebanyakan dari kalangan bawah. Saya mencoba mencari cara untuk membuat sekolah pinggiran ini 'terbaca'. Saya pakai penghijauan dan penguatan karakter untuk jadi unggulan," katanya.
Kepemimpinan Arasy yang mampu memotivasi guru dan siswa untuk memajukan sekolah mendapat penghargaan. Pemerintah Kota Palu memberinya kesempatan studi banding ke sekolah-sekolah di Malaysia dan Singapura. Ia juga ikut rombongan kepala sekolah yang dibiayai Kementerian Pendidikan Nasional studi banding ke London, Inggris.
Kegigihannya memajukan sekolah pinggiran bersama para guru membuahkan hasil. Sekolah ini juga mendapat perhatian dari Direktorat SMA Kemdiknas. SMAN 3 Palu menjadi "kiblat" sekolah berwawasan lingkungan di Sulawesi Tengah. Pendidikan karakter yang kuat di sekolah ini membuat SMAN 3 Palu menjadi sekolah percontohan karakter tingkat provinsi. Di tingkat pusat, Badan Narkotika Nasional menjadikan SMAN 3 Palu sebagai percontohan bebas narkotika.
Pada 2006-2007 sekolah ini dirintis menjadi sekolah kategori Mandiri karena mempunyai keunggulan sebagai sekolah hijau. SMAN 3 Palu telah memperkenalkan siswa dari bercocok tanam hias hingga pengolahan kompos. Sekolah ini juga ditetapkan sebagai sekolah standar nasional (SSN).
SMAN 3 Palu terus naik daun karena mempunyai "karakter". Tahun 2009-2010, SMAN 3 Palu diberi predikat sekolah model. Artinya, sekolah ini memenuhi standar nasional serta mampu mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. SMAN 3 Palu juga dijadikan sekolah model penuh, dan dapat mengembangkan pusat sumber belajar dengan penguatan pendidikan teknologi informasi dan komunikasi. Di sini juga tersedia hot spot yang membuat siswa mudah mengakses internet.
Prestasi yang dicapai SMAN 3 Palu membuat sekolah ini diminati. Pada pendaftaran siswa baru tahun lalu, misalnya, peminat mencapai 1.000 orang, meskipun daya tampungnya hanya sekitar 400 siswa. "Bisa saja sekolah menambah daya tampung, tetapi kami tak mau mengejar itu. Ini, kan, berarti pendapatan. Saya tidak mau. Saya mau menjaga standar yang ada," kata Arasy yang awalnya adalah dosen, lalu berpindah haluan menjadi guru sejarah.
Kemajuan SMAN 3 Palu juga menarik perhatian Direktorat SMA Kemdiknas. Instansi ini menawari SMAN 3 Palu naik status menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Dengan status ini, SMAN 3 Palu bisa mendapat bantuan dana untuk mempercepat pembangunan sejumlah sarana dan prasarana yang memang dibutuhkan.
Sebagai RSBI, pihak sekolah dan komite sekolah bisa menaikkan pungutan uang sekolah. bagi SMAN 3 Palu tentu tak sulit mencari calon siswa karena sudah menjadi salah satu sekolah favorit. "Saya tidak mau mengubah SMAN 3 Palu jadi RSBI. Di sini banyak anak dari keluarga ekonomi lemah. Bahkan, ada banyak anak yang digratiskan. Biarkan saja sekolah ini maju tanpa status RSBI," ujarnya.
Arasy menambahkan, banyak persyaratan yang mesti diikuti untuk menjadi RSBI, termasuk jumlah guru yang berpendidikan S-2. "Saya tak terlalu berambisi untuk menjadikan sekolah ini RSBI. Saya tidak mau rekayasa soal guru karena memang di sini guru-gurunya tidak banyak yang S-2," katanya.
Keputusan Arasy menolak tawaran dari pemerintah pusat menjadikan SMAN 3 Palu berstatus RSBI mungkin terasa aneh. Pasalnya, justru banyak sekolah yang berbondong-bondong mengajukan diri menjadi RSBI. "Saya jelaskan pemikiran saya kepada guru dan komite sekolah. Mereka bisa memahami dan mendukung," ujar pria yang memang bercita-cita menjadi guru ini.
Bagi Arasy, bukan status sekolah yang dikejarnya. Ia berupaya memotivasi guru menjadi pendidik yang membentuk karakter siswa lewat penghijauan dan penguatan nilai-nilai keagamaan yang saling menghormati.
Kepala Sekolah SMAN 3 Palu
Pascal Adventra Tandiabang | Kamis, Agustus 02, 2012 |
SMAN 3 Palu

Drs. H. Muh. Arasy, M.Si. adalah kepala SMA Model Negeri 3 Palu yang ke 3 sejak berdirinya sekolah ini pada tahun 1983. Lahir di Barru pada tahun 1958. Menghabiskan masa kecil sampai selesai tingkat SLTA di Makassar. Jurusan IAIN Alauddin Makassar membawanya menjadi seorang sarjana S1 pada tahun 1985. Dan S2 Magister Sains Program Studi Administrasi Publik diselesaikannya pada tahun 2009 di Universitas Tadulako Palu.
Drs. H. Muh. Arasy mengawali karirnya di dunia pendidikan pada tahun 1988 menjadi Guru di SMA Negeri Banggai. Dan pada tahun 1992 dimutasikan ke SMA Negeri 4 Palu hingga tahun 2002, selanjutnya pada tahun 2002 diangkat menjadi Kepala SMA Model Negeri 3 Palu yang kita cintai ini hingga sekarang, tepatnya pada tanggal 27 Juni 2002 melalui SK Walikota Palu nomor 29/821.2/KP/2002
SMAN 3 Palu
Pascal Adventra Tandiabang | Kamis, Agustus 02, 2012 |
SMAN 3 Palu
READ MORE
Visi-Misi SMAN 3 PALU
Pascal Adventra Tandiabang | Kamis, Agustus 02, 2012 |
SMAN 3 Palu
Visi :
Unggul Dalam IPTEK, Mantap Dalam Imtaq dan Peduli Lingkungan.
Misi :
- Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif, inovativ, dan produktif.
- Membantu dan memotivasi siswa dalam mengenali identitas dan potensi dirinya untuk selanjutnya di kembangkan secara maksimal.
- Memberdayakan dan meningkatkan kinerja guru melalui kegiatan MGMP atau kegiatan peningkatan profesi lainnya.
- Mengaktifkan kegiatan extrakurikuler dengan mengusahakan fasilitas penunjang yang memadai.
- Mengaktifkan kegiatan keagamaan dan pembinaan mental spiritual.
- Meningkatkan hubungan kerjasama antara warga sekolah guna menumbuhkan semangat dan rasa tanggung jawab dalam mewujudkan Visi Sekolah.
